Thursday, March 24, 2016

Pemberian ASI Vs Akses Pornografi


Pemberian ASI Vs Akses Pornografi
Jakarta, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengaitkan pemberian ASI (Air Susu Ibu) dengan kesehatan mental. Menjadi heboh karena dilontarkan usai menyinggung maraknya akses pornografi di kalangan anak sekolah. 'Apa mungkin akibat tidak diberikan breastfeeding?'


Terlepas dari kehebohan yang muncul, kekhawatiran terhadap maraknya akses pornografi sesungguhnya cukup beralasan. Data yang dirilis sebuah situs porno terbesar di Amerika Serikat pada 2014 menunjukkan adanya peningkatan akses konten dewasa oleh pengguna internet asal Indonesia.



Peningkatan tersebut cukup signifikan, yakni sebesar 457 persen dan menempatkan Indonesia di urutan kedua negara penyumbang lonjakan trafik pengunjung situs porno terbesar di dunia. Urutan pertama ditempati oleh Turki dengan peningkatan 635 persen.







Di sisi lain, Indonesia pernah punya catatan buruk tentang laktasi. Laporan World Breastfeeding Trends Initiative (WBTi) pada 2012 menempatkan Indonesia pada peringkat 48 dari 51 negara yang mendukung pemberian ASI eksklusif. Saat itu, baru 27,5 persen ibu di Indonesia yang memberikan ASI eksklusif.



Peringkat negara berdasarkan pemberian ASI Eksklusif (WBTi 2012)









Apakah hanya sebuah kebetulan jika akses konten dewasa di Indonesia meningkat sementara skor laktasinya masih rendah? Bila kedua data tersebut dibandingkan, maka ada 4 negara yang menunjukkan korelasi secara konsisten yakni Indonesia, Bolivia, Pakistan, dan Uruguay. Makin rendah skor laktasi, lonjakan akses konten dewasa tercatat semakin tajam.




Namun jika dilihat dari total kunjungan ke situs porno tersebut, maka peringkatnya tidak lagi berkorelasi secara konsisten dengan skor pemberian ASI eksklusif. Brazil misalnya, menduduki peringkat ke-9 negara paling banyak mengakses konten dewasa meski skor laktasinya lebih tinggi dibandingkan Meksiko di peringkat ke-10.



Peringkat negara berdasarkan total kunjungan ke situs porno









Dalam pernyataannya, Menkes Nila memang tidak menyebut adanya hubungan dengan ASI, meski sebelumnya sempat menyampaikan keprihatinannya terhadap akses pornografi di kalangan anak sekolah. Butuh penelitian sangat mendalam untuk mengaitkan keduanya. Ia lebih menekankan pengaruh ASI pada kesehatan mental secara umum.



Sebuah penelitian di The Journal of Pediatrics mengungkap bahwa pemberian ASI kurang dari 6 bulan bisa menjadi prediktor independen bagi masalah mental anak saat tumbuh dewasa. Demi mewujudkan generasi muda yang berkualitas, maka pemberian ASI eksklusif perlu digiatkan. Berbagai kendala yang menghambat laktasi, baik yang menyangkut dukungan dari lingkungan maupun kendala personal dari para ibu menyusui sendiri, perlu dicarikan solusi.



Yang pasti, data terbaru menunjukkan adanya peningkatan prevalensi ibu menyusui. Hasil studi Lancet Breastfeeding Series menunjukkan 65 persen ibu di Indonesia memberikan ASI eksklusif pada anaknya. Angka ini meningkat dibandingkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2012 yang hanya 38 persen.

No comments: