Monday, December 12, 2016

Saat Kakak dan Adik Berseteru, Bagaimana Baiknya Orang Tua Bersikap?


Saat Kakak dan Adik Berseteru, Bagaimana Baiknya Orang Tua Bersikap?Jakarta, Adik mengaku dipukul sang kakak, atau sebaliknya si kakak mengadu dipukul oleh adiknya. Situasi seperti itu bisa terjadi, terutama ketika kakak dan adik memiliki beda usia yang tak terlalu jauh.

Dalam menyikapinya, ada orang tua yang langsung menyalahkan pihak yang 'salah'. Atau sebaliknya, ayah dan ibu melakukan investigasi lebih dulu. Nah, sebenanrnya, respons seperti apa yang baiknya dilakukan orang tua?

"Kalau anak ngadu dipukul sama kakak, baiknya orang tua jadi kayak juri dulu," ujar psikolog anak dari Klinik Tiga Generasi, Anastasia Satriyo MPsi, Psikolog atau akrab disapa Anas, saat berbincang baru-baru ini.

Menurut Anas, ayah atau ibu perlu bertanya situasinya ketika si kakak dan adik berseteru seperti apa ya. Lalu, mengapa bisa terjadi pukul-memukul seperti itu. Dengan demikian, orang tua tidak langsung marah pada salah satu pihak yang dianggap salah saja.

Dengan kata lain, Anas menuturkan ketika anak melakukan provokasi, orang tua tidak terpancing dan bisa bersikap lebih tenang. Selain itu, penting pula mencari tahu ketika si kakak atau adiknya mengadu, apa muatannya.

"Apakah dia cuma pengen cari perhatian orang tuanya aja. Karena kadang ada anak yang punya adik, orang tuanya jadi nggak terlalu perhatiin dia dan saat ngadu itulah si kakak baru dapat perhatian. Jadi kita bisa curiga jangan-jangan ngadu ini sarana dia minta perhatian. Sehingga penting meng-kroscek dulu kenapa anak ngadu terus," papar wanita yang juga praktik di Klinik Petak Pintar, Mampang ini.

Dalam menyikapi hubungan kakak-beradik, Anas juga mengingatkan agar orang tua tidak menerapkan prinsip si sulung harus selalu mengalah. Sebab, bagaimanapun anak sulung tetaplah anak-anak. Menurut Anas, jangan sampai karena dia anak sulung maka ia harus mengalah dengan sang adik dalam hal apapun.

Anas menambahkan, kemampuan orang tua berlaku adil dan memahami situasi amat diperlukan. Misalnya dalam hal menggunakan mainan, Anas menyarankan agar orang tua tidak menggunakan prinsip kakak mengalah pada adik, tetapi kakak bisa gantian bermain dengan adik.

"Karena konsep waktu anak juga belum paham, jadi sama-sama ajak kakak sama adik lihat jam sekalian kenalin angka kan. Kasih tahu kalau jarum di angka ini, adik yang main setelah itu baru kakak," tutur Anas.

"Memang ya kalau orang tua udah capek kayaknya gampangnya nyuruh aja si kakak ngalah, masalah selesai. Tapi efeknya nggak baik di kemudian hari. Ingat, pengalaman hidup paling susah bagi anak, termasuk orang dewasa adalah mengelola emosi. Sehingga, kita perlu latih anak juga mengelola emosi. Kalau lagi marah, dia bisa menenangkan dirinya, itu perlu dilatih dari kecil," pungkas pemilik akun twitter @anasbubu ini.

Saturday, December 3, 2016

Pakar Gizi: Diet Tinggi Protein Bisa Bantu Turunkan Berat Badan


Pakar Gizi: Diet Tinggi Protein Bisa Bantu Turunkan Berat Badan Jakarta, Sedang ingin menurunkan berat badan dan tampil lebih langsing? Yuk pilih-pilih menu protein. Studi sebutkan diet tinggi protein seperti pada diet Atkins dan diet South Beach, dapat meningkatkan efektivitas penurunan berat badan.

Demikian disampaikan oleh studi oleh University of Minnesota dan telah dipublikasikan dalam The Journal of Nutrition Education and Behaviour.

Studi ini dilakukan dengan survei pada 1.824 wanita berusia 40-60 tahun. Informasi yang diminta adalah mengenai kebiasaan makan dan berat badan. Ditemukan bahwa responden yang mengonsumsi protein dalam jumlah cukup memiliki berat badan yang cenderung lebih stabil. Sebagian juga mengalami penurunan bobot yang lebih stagnan.

"Informasi mengenai pemilihan sumber protein yang tepat menjadi penting bagi masyarakat, terutama bagi wanita yang sedang ingin menurunkan berat badan," tutur Aldrich.

Dalam studi-studi sebelumnya, diet tinggi protein sering dikaitkan dengan berbagai manfaat kesehatan seperti peningkatan metabolisme, peningkatan massa otot, serta pengendalian kadar glukosa. Sumber utama untuk kelompok protein nabati adalah mi, roti serta kacang-kacangan. Sementara kelompok protein hewani mengonsumsi produk susu tanpa lemak serta daging putih dan ikan.

Dikutip dari Times of India, jika dikombinasikan dengan diet tinggi karbohidrat, diet protein juga bisa menyehatkan usus dan sistem cerna. Peneliti dari University of Sydney, Australia, Andrew Holmes, dalam studinya yang telah dipublikasikan dalam jurnal Cell Metabolism, menjelaskan bahwa ketersediaan nitrogen usus untuk mikroba dalam usus memainkan peran penting. Menurut Holmes, makanan yang dikonsumsi sangat memengaruhi komposisi mikroba dalam usus.