Friday, April 22, 2016

Catat, Ini 6 Langkah Menyikat Gigi dengan Benar


Catat, Ini 6 Langkah Menyikat Gigi dengan BenarJakarta, Dalam keseharian, sikat gigi sudah menjadi rutinitas. Hanya saja, dalam pelaksanannya, patut diperhatikan apakah teknik menyikat gigi Anda sudah benar atau belum.

Salah dalam menyikat gigi bisa sangat berbahaya untuk kesehatan gigi. Karang gigi dapat timbul, gigi dapat rusak, belum lagi penyakit gusi dapat menyerang. Selain itu, menyikat gigi dengan tidak tepat juga bisa memicu penyakit gusi yang dikenal dengan nama gingivitis.

Gingivitis telah dikaitkan dengan masalah kesehatan lainnya termasuk masalah jantung, penyakit ginjal, diabetes, dan bahkan beberapa jenis kanker. Baru-baru ini, para ilmuwan juga mengungkapkan hubungan antara bakteri berbahaya di mulut dan kanker pankreas.

Walaupun, berbahaya, penelitian menunjukkan hampir setengah responden mengatakan tidak akan pergi ke dokter gigi jika mereka hanya mengalami gusi berdarah. Ironis bukan?

Sementara itu, Dr Mervyn Druian yang menjalankan praktik kedokteran gigi di London menyebutkan rata-rata orang di Inggris memiliki kesehatan mulut yang mengerikan. Kurangnya dana National Health Service (NHS), mahalnya praktik swasta, dan kurangnya tanggung jawab pribadi terhadap masalah kesehatan gigi digadang-gadang sebagai penyebabnya. 

"Kunci menjaga kesehatan gigi sebenarnya sederhana, Anda hanya perlu untuk menjaga pola makan tanpa banyak gula, bertanggung jawab pada kebersihan gigi, dan mengunjungi dokter gigi minimal tiga kali setahun," ujar Druian dikutip dari Daily Mail, Jumat (22/4/2016).

Nah, untuk mencegah terserang penyakit gigi, tim riset dari perusahaan Denplan menunjukkan cara tepat menyikat gigi, dengan langkah berikut ini:

1.Tempatkan kepala sikat gigi Anda pada gigi, lalu miringkan sampai 45 derajat, hingga sejajar dengan garis gusi. Gerakkan sikat gigi dengan gerakan melingkar. Gerakan ini dilakukan beberapa kali pada semua permukaan gigi.

2. Sikat permukaan depan dari setiap gigi. Ingat, usahakan untuk terus menjaga sudut 45 derajat antara sikat gigi dan gusi.

3. Ulangi metode langkah dua pada semua permukaan gigi. Gosok merata di bagian samping kanan dan kiri.

4. Sikat juga gigi geraham. Ini tidak boleh terlewat karena Anda menggunakan bagian gigi ini untuk mengunyah bukan?

5. Untuk membersihkan bagian dalam permukaan gigi, miringkan sikat secara vertikal dan buat beberapa gerakan melingkar kecil dengan bagian depan sikat.

6. Terakhir, sikat lidah Anda. Menyikat lidah akan membantu menyegarkan napas dan membersihkan mulut dari bakteri.

Sunday, April 17, 2016

Waspadai Kenaikan Gula Darah yang Tidak Bergejala


Waspadai Kenaikan Gula Darah yang Tidak Bergejala Jakarta, Pada orang yang telah didiagnosis diabetes, kondisi gula darah harus benar-benar diperhatikan. Karena itu kontrol setiap bulan perlu dilakukan. Apalagi pada beberapa pasien, kondisi naiknya gula darah tidak menimbulkan keluhan.

"Kalau gula darah naik dan menimbulkan keluhan, malah bagus. Karena bisa menimbulkan kewaspadaan. Jadi misalnya benar-benar menjaga makannya, dengan tidak makan yang manis-manis," tutur dr Mulyani Anny Suryani Gultom, SpPD, spesialis penyakit dalam, dari Siloam Hospitals ASRI di sela-sela senam sehat yang digelar Tropicana Slim di area GOR Ragunan, Jakarta Selatan, Minggu (17/4/2016).

Sebaliknya, jika tidak ada gejala yang dirasakan saat gula darah naik, sering kali membuat pasien merasa sudah lebih baik. Karena merasa lebih baik, maka obat dari dokter tak lagi dikonsumsi. Bahkan mungkin membuat yang bersangkutan jadi malas kontrol ke dokter.

"Naiknya gula darah memang tidak seperti demam yang langsung terasa," imbuh dr Mulyani.

Seringkali, gejala diabetes pun tidak dicurigai sebagai diabetes. Apalagi jika yang bersangkutan belum pernah memeriksakan kadar gula darahnya. Misalnya keluhan lemas dan capai dianggap wajar karena ditengarai kurang istirahat.

"Sering merasa haus dan banyak buang air kecil juga dianggap wajar. 'Wajar dong saya buang air kecil terus kan memang minumnya banyak'. Karena itu penting banget untuk memeriksakan kesehatan setahun sekali," ucap dr Mulyani.

Yang juga jadi perhatian, tambahnya, usia pasien diabetes saat ini sudah semakin muda. Jika beberapa tahun lalu kebanyakan pasien berusia 60 tahun, saat ini usia 30 tahun pun sudah ada yang terkena diabetes.

dr Mulyani sendiri pernah mendapat pasien diabetes yang usianya 16-17 tahun. Dari pemeriksaan diketahui pasien tersebut terkena diabetes akibat gaya hidup sehat yang dilakoninya sejak dini.

Saturday, April 9, 2016

Ini Sebab Orang Bisa Ingin 'Menggigit' Pipi dan Paha Bayi yang Menggemaskan


Ini Sebab Orang Bisa Ingin Menggigit Pipi dan Paha Bayi yang MenggemaskanJakarta, Saat melihat seorang bayi yang lucu ditambah tubuhnya yang gemuk, pernahkah Anda merasa gemas sampai seperti ingin 'menggigit' dan 'memakan' kaki si bayi? Jika ya, tak perlu khawatir karena perasaan seperti itu memang bisa dialami seseorang.

Studi terbaru dari University of Montreal menemukan bahwa aroma bayi bisa memicu respons fisiologis pada ibu sama dengan saat orang yang sedang lapar disajikan makanan yang menarik bagi mereka. Dalam laporannya, peneliti menyebutkan keinginan untuk 'menggigit' bayi merupakan bagian dari mekanisme evolusi.

Dikutip dari Daily Mail, pada dasarnya keinginan seseorang terutama ibu untuk mencubit pipi bayi yang gembil sama dengan ketika seseorang menangis bahagia. Dalam artian, ia mengeluarkan emosi yang berlawanan untuk membantu menyeimbangkan emosi mereka.

"Bayi-bayi kecil memang dirancang agar orang lain jatuh cinta pada mereka dengan berbagai daya tariknya. Namun, pada dasarnya, kita hanya ingin menjaga mereka dan membantunya untuk bisa bertahan hidup dan berkembang. Sehingga, jika timbul rasa ingin menggigit dan 'memakan' bayi, itu alami," tulis peneliti dalam laporannya.

Sementara, psikolog klinis Kirstin Bouse menuturkan alasan mengapa seseorang amat terpikat dengan aroma bayi yakni karena adanya ikatan kuat yang membuat mereka ingin mengasuh si bayi. Sehingga, rasa ingin 'memakan' bayi ini lumrah dimiliki para ibu. 

Selain itu, Bouse mengatakan bahwa sejatinya keinginan untuk 'memakan' anak adalah dorongan yang alami dalam diri seseorang yakni untuk makan demi mempertahankan hidup. Psikolog Janine Clarke juga setuju jika perasaan ingin 'memakan' bayi sebenarnya adalah respons adaptif untuk mengurus dan mengasuh anak.

"Meski agak aneh jika kita ingin 'memakan' anak kita untuk melindungi mereka seperti yang dilakukan hewan seperti kucing atau singa. Tapi setidaknya, perasaan itu muncul karena pada dasarnya orang tua ingin melindungi anak-anaknya," kata Clarke.

Pada tahun 2013, penelitian di Frontiers in Psychology menunjukkan bahwa aroma bayi bersifat adiktif. Penelitian tersebut menunjukkan ketika wanita mencium bayi berusia dua hari, pusat reward di otak menyala seperti saat mereka diberi zat bersifat adiktif lain, seperti obat-obatan atau alkohol.

Friday, April 1, 2016

Banyak Tawaran Cek Darah ke Rumah-rumah, Kemenkes Sarankan Hati-hati


Banyak Tawaran Cek Darah ke Rumah-rumah, Kemenkes Sarankan Hati-hatiJakarta, Budi, seorang warga Kebayoran Lama Jakarta Selatan, mengaku was-was saat didatangi 2 orang baru-baru ini. Mereka bukan tenaga kesehatan, tapi mendatangi rumah warga dan melakukan pemeriksaan Live Blood Analysis (LBA) dengan biaya Rp 50.000 tiap pasien.

"Waktu saya tanyakan, ternyata memang bukan dokter. Mereka cuma dapat training LBA," kata Budi.

Menurut Budi, kedua orang yang mengaku dari Win Academy Healthcare ini juga melakukan assesement tertentu dan memberikan anjuran serta resep layaknya dokter yang sedang praktik. Salah satu anjuran yang diberikan adalah 'sering-sering mandi dengan air pandan wangi'.

Bisa ditebak, pada akhirnya kedua orang ini memang berjualan suplemen herbal. Namun yang menjadi kekhawatiran Budi adalah kompetensi para petugas dalam melakukan tes darah dan memberikan berbagai anjuran kesehatan, yang belum tentu bisa dipertanggungjawabkan.

"Rasanya sangat berbahaya. Sementara seorang dokter saja bisa salah dalam analisa, apalagi bukan dokter. Hal ini sangat membahayakan jika kebetulan saran dan nasihat mereka kepada terperiksa dipercaya begitu saja," kata Budi.

Anjuran yang diberikan oleh petugas (Foto: Budi/pembaca)

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Oscar Primadi saat dihubungi menyarankan agar masyarakat berhati-hati dalam memilih dan menentukan pengobatan, terutama terhadap pola layanan yang mengatasnamakan penyembuhan dan pengobatan.

"Berobatlah pada fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) yang ditangani dan dilayani oleh tenaga kesehatan profesional, baik pemerintah maupun swasta yang ada izin operasionalnya. Kita di Jakarta tidak sulit untuk mengakses Fasyankes tersebut," kata Oscar.

Tentang metode tes darah LBA sendiri, pakar hematologi dari RS Kanker Dharmais, Ronald Hukom, dr., Sp.PD-KHOM. angkat bicara. Ia mengaku pernah mendengar metode tersebut, dan telah melakukan pengecekan ulang sebelum memberikan komentar.

"Tetap belum ada data pendukung yang valid untuk bukti manfaatnya," kata dr Ronald.

Hasil tes LBA (Foto: Budi/pembaca)


Punya pengalaman dengan tes darah semacam ini?