Sunday, June 14, 2015

Cerita Menkes Nila Soal Ubi Tumbuk, Kopi dan Hipertensi

Sidikalang, Kunjungan kerja Menteri Kesehatan Prof Nila Moeloek ke Sumatera Utara diwarnai dengan cerita menarik. Salah satunya adalah kaitan antara ubi tumbuk, kopi sidikalang dan kaitannya terhadap penyakit hipertensi.

Dalam acara makan malam yang digelar di Pendopo Bupati Sidikalang, Menkes Nila mengatakan bahwa ubi tumbuk merupakan salah satu makanan favoritnya, sementara reputasi kopi Sidikalang sebagai salah satu kopi paling enak bahkan sudah diakui dunia.

Namun di balik semua kenikmatan tersebut, ada bahaya penyakit tidak menular yang mengintai. Salah satunya adalah hipertensi atau darah tinggi. Penyakit yang satu ini sering disebut sebagai silent killer karena bisa menyebabkan stroke dan berujung pada kematian.

‎"Selain ubi tumbuk dan kopi, masih ada lagi itu durian Medan yang memang enak. Tapi hati-hati ya bapak-bapak dan ibu-ibu. Yang enak-enak itu bisa menyebabkan penyakit tidak menular, seperti hipertensi. Hipertensi bisa menyebabkan stroke dan meninggal. Kita tentunya tidak ingin Indonesia menjadi negara dengan angka kematian akibat stroke tertinggi di dunia, karena makanannya enak-enak," ucap Menkes Nila sembari berseloroh, di Sidikalang, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, Jumat (12/6/2015) malam.

Bahaya penyakit tidak menular bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga berpengaruh terhadap negara. Di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), penyakit tidak menular menjadi jenis penyakit yang biaya pengeluarannya paling tinggi.

Hipertensi, stroke, penyakit jantung, kanker serta diabetes merupakan penyakit tidak menular yang paling umum dijumpai. Dalam satu tahun perjalanan JKN, penyakit-penyakit inilah yang menyerap biaya paling tinggi.

"Kita teriak sekali kalau masyarakat tidak menjaga kesehatan, kita sendiri yang rugi. Doa kita adalah menjaga kesehatan masyarakat, salah satunya dengan meningkatkan kualitas layanan primer," paparnya.

Karena itu roadmap Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan primer seperti Puskesmas dan klinik umum menurutnya harus didukung. Faskes primer mempunyai tanggung jawab untuk menjaga kesehatan masyarakat serta melakukan deteksi dini. Semakin dini penyakit ditemukan, maka peluang sembuh pun semakin besar.

"Target kita itu hanya 10-15 persen masyarakat yang sakit, sementara 85 persennya tetap sehat dan produktif. Kalau masyarakat yang sehat lebih banyak, tentunya masalah-masalah seperti rumah sakit penuh dan lainnya tidak akan terjadi," pungkasnya.

No comments: