Total sudah ada 3 kasus infeksi MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus)
di Amerika Serikat. Kasus terakhir cukup mengejutkan, sebab membuka
kemungkinan bahwa virus tersebut ditularkan juga melalui jabat tangan.
Kepala
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan, Prof Dr
Tjandra Yoga Aditama mengatakan kasus ke-3 di AS berbeda dengan 2 kasus
sebelumnya. Pasien tersebut tidak punya riwayat bepergian ke Timur
Tengah, namun pernah bertemu dengan pasien pertama dalam sebuah bussiness meeting.
"Dia (pasien kasus ke-3) hanya pernah bertemu dan melakukan 2 kali bussiness meeting dengan pasien kasus pertama (dengan riwayat datang dari Riyadh). Tentu dalam bussiness meeting itu mereka berdua bersalaman," kata Prof Tjandra melalui email yang dikirimkan kepada wartawan, Selasa (27/5/2014).
Belakangan,
pada 17 Mei 2014 dilaporkan adanya penemuan antibodi MERS-CoV pada
pasien kasus ke-3. Artinya, pasien tersebut tertular, dan yang paling
memungkinkan adalah akibat jabat tangan dengan pasien kasus pertama.
Pasien ini sembuh dengan sendirinya, sehingga hanya antibodi saja yang
ditemukan dan bukan virus aktifnya.
Untungnya, menurut Prof Tjandra yang juga anggota emergency committee
WHO untuk MERS-CoV, penularan antar manusia itu tidak berlanjut. Dari
pasien pada kasus ke-3, tidak dilaporkan adanya penularan pada pasien
berikutnya. Artinya, masih belum terjadi sustained human to human transmission atau penularan antarmanusia yang berkelanjutan.
Kasus
pertama MERS-CoV di Amerika Serikat dilaporkan pada 2 Mei 2014, pada
seorang warga yang baru datang dari Riyadh, Arab Saudi. Kasus berikutnya
juga dialami pasien dengan riwayat baru datang dari Timur Tengah, yakni
dari Jeddah. Keduanya saat ini sudah sembuh dengan baik.
Weblink yang berisi kumpulan" artikel hasil pemikiran sendiri dan dari sumber" yang ada, mudah-mudahan bisa diterima dan disukai oleh para pembaca ... Ok Thx
Tuesday, May 27, 2014
Thursday, May 8, 2014
Kemenkes: Tak Perlu ke Peternakan Unta, Kalau Umrah ke Masjid Saja
Jakarta, Merebaknya MERS-CoV (Middle East Respiratory
Syndrome Corona Virus) di Timur Tengah mendapat perhatian dari
Kementerian Kesehatan Indonesia. Jamaah umrah diimbau untuk menghindari
kontak dengan hewan, terutama unta.
"Beberapa penyelenggara umrah juga menawarkan paket jalan-jalan ke peternakan unta. Itu jangan dulu, lebih baik ke masjid saja," pesan Prof Dr Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan, ditemui di RS Paru Persahabatan, Jakarta Timur, Rabu (6/5/2014).
Sejauh ini, menurut Prof Tjandra yang juga anggota Emergency Committee WHO untuk MERS-CoV, belum ada bukti ilmiah yang cukup kuat bahwa unta merupakan sumber penularan MERS-CoV. Imbauan untuk menghindari kontak dengan hewan tersebut lebih dimaksudkan sebagai bentuk kewaspadaan.
Dalam beberapa penelitian, antibodi MERS-CoV ditemukan pada unta. Bahkan ada pula virus aktifnya. Namun terjadinya penularan secara langsung ke manusia, sejauh ini belum ada bukti ilmiah.
Demikian pula dengan penularan dari manusia ke manusia, sejauh ini statusnya masih limited human to human transmission. Artinya memang terjadi penularan antar manusia, tetapi masih terbatas dan tidak berkelanjutan.
"Pada SARS (severe acute respiratory syndrome), satu orang bisa menulari 50 orang. Orang yang tertular lalu menularkannya lagi. Ini tidak terjadi pada MERS-CoV," kata Prof Tjandra.
"Beberapa penyelenggara umrah juga menawarkan paket jalan-jalan ke peternakan unta. Itu jangan dulu, lebih baik ke masjid saja," pesan Prof Dr Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan, ditemui di RS Paru Persahabatan, Jakarta Timur, Rabu (6/5/2014).
Sejauh ini, menurut Prof Tjandra yang juga anggota Emergency Committee WHO untuk MERS-CoV, belum ada bukti ilmiah yang cukup kuat bahwa unta merupakan sumber penularan MERS-CoV. Imbauan untuk menghindari kontak dengan hewan tersebut lebih dimaksudkan sebagai bentuk kewaspadaan.
Dalam beberapa penelitian, antibodi MERS-CoV ditemukan pada unta. Bahkan ada pula virus aktifnya. Namun terjadinya penularan secara langsung ke manusia, sejauh ini belum ada bukti ilmiah.
Demikian pula dengan penularan dari manusia ke manusia, sejauh ini statusnya masih limited human to human transmission. Artinya memang terjadi penularan antar manusia, tetapi masih terbatas dan tidak berkelanjutan.
"Pada SARS (severe acute respiratory syndrome), satu orang bisa menulari 50 orang. Orang yang tertular lalu menularkannya lagi. Ini tidak terjadi pada MERS-CoV," kata Prof Tjandra.
Subscribe to:
Posts (Atom)